Provokasi untuk Generasi Milenial yang bernama "Mahasiswa"

Tidak sedikit masyarakat berbicara tentang "Milenial". Bahkan banyak juga yang menganggap saat ini adalah Generasi Milenial. Tahukah kamu apa itu Milenial ?
Dalam Wikipedia, Generasi Milenial atau disebut juga Generasi Y yang menurut para ahli adalah mereka yang tahun kelahirannya diawali tahun 1800an dan pertengahan tahun 1900an hingga awal 2000an. Atau bisa dibilang mereka yang saat ini memasuki usia remaja dan produktif serta memiliki tingkat pemikiran yang over kritis terhadap sesuatu, terutama mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi, yaitu Mahasiswa. Di bidang pendidikan dan keilmuan, mahasiswa sudah seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih dibanding remaja-remaja yang masih menempuh sekolah menengah. Dengan pengetahuan mereka, mahasiswa bisa dianggap kompeten dalam hal menanggapi suatu hal atau masalah yang sedang terjadi.

Di era ini, menjadi mahasiswa adalah hal yang mudah. Mengingat menjamurnya kampus-kampus yang saling bersaing dengan menjamin biaya kuliah yang cukup murah. Terutama untuk program kuliah karyawan. Dengan standar upah karyawan saat ini yang lebih dari cukup untuk biaya kuliah, para remaja yang sudah bekerja bisa mengambil studi pada program karyawan tersebut. Sehingga saat ini banyak remaja yang telah menempuh studi lanjutan dan mendapatkan gelar, terutama tingkat strata satu. Tidak sedikit pula mahasiswa yang hanya menargetkan ijazah strata satu demi menunjang karir mereka, sedangkan mereka tidak benar-benar menyerap ilmu yang ditempuhnya. Disinilah celah dimana mahasiswa mudah terprovokasi terhadap hal-hal yang negatif.

Dengan beberapa kepentingan, banyak kelompok-kelompok yang memanfaatkan celah ini, celah dimana klimaks pada sifat kritis para milenial. Kritis dan emosional mereka akan disulut dan dipaksa untuk menanggapi suatu hal yang menguntungkan beberapa pihak dengan gagasan-gagasan provokatif. Tentunya, setelah provokasi tersebut, mahasiswa akan menanggapi dengan kritik-kritik yang di campur dengan sifat emosional dan berujung demontrasi, penyebaran berita-berita provokatif, dan membenak beberapa gagasan yang bukan sepantasnya seorang mahasiswa. Anggapan masyarakat yang telah berkembang di era sebelumnya, mahasiswa adalah kelompok masyarakat terpelajar yang memiliki pengetahuan lebih yang kompeten dan berpikir lebih luas yang didasari ilmu pengetahuan. Tapi, di era ini, mahasiswa bisa menjadi alat untuk menyerang terhadap sesuatu dengan sifat dan emosi mereka.

Saat ini, penulis sedang menjadi bagian dari mahasiswa, menyadari dan menyayangkan kondisi ini. Dimana mahasiswa dengan mudahnya terprovokasi dengan gagasan-gagasan negatif. Penulis mengingatkan, mahasiswa bisa lulus studinya setelah membuat suatu penelitian dengan mengolah beberapa data yang resmi dan valid. Bagaimana bisa gagasan-gagasan provokatif dengan mudahnya menjadi pertimbangan untuk menanggapi sesuatu ?
Lebih detailnya, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok program studi, mulai dari hukum, manajemen, ilmu teknologi, ekonomi dan beberapa program studi lainnya. Mahasiswa dengan penguasaan ilmu hukum, apa bisa menanggapi masalah teknologi ? Bisakah mahasiswa teknologi berbicara manajemen ? Bisakah mahasiswa teknologi menanggapi ekonomi ? bisakah mahasiswa manajemen menanggapi hukum ? Dan bisakah mahasiswa teknologi menanggapi permasalahan agama ? Jawabannya tentu saja bisa, tapi jika mereka mempelajari ilmu yang akan ditanggapi tersebut dengan baik dan mendalam, tentunya dengan beberapa data yang resmi dan valid. Jangan sekali-kali menanggapi sesuatu dengan modal pengetahuan dasarnya saja. Karena itu bisa membuat suatu kekeliruan yang mengakibatkan dengan mudahnya terprovokasi dengan gagasan-gagasan negatif.

Sebagai mahasiswa, mari kita mengembalikan image mahasiswa yang berpendidikan baik dan tetap kritis. Tanggapi suatu masalah dengan didasari ilmu pengetahuan tentang masalah itu sendiri.
Jika ada suatu hal yang dianggap salah dan menyimpang, pelajari ilmunya dengan baik, cari data tentang masalah tersebut, pelajari datanya, keluarkan hasilnya, dan nikmati prosesnya !!

Salam mahasiswa.

Kesalahan dalam menggunakan kompon

Salah satu masalah yang kerap timbul pada cat mobil adalah goresan. Maklum, meski sudah berhati-hati, ada saja gangguan dari luar yang tak bisa dihindari.

Untuk memperbaiki goresan umumnya menggunakan kompon. Kompon sendiri berfungsi sebagai bahan yang bersifat mengikis cat mobil agar baret-baret halus hingga sedang bisa disamarkan.

Sayangnya, Technical Support Meguiars Indonesia Deni Yohanes mengatakan, penggunaan kompon terlalu sering bisa bikin jelek cat. "Warna bisa tak lagi kinclong seperti semula," katanya saat berbincang.

Menggunakan kompon sebaiknya dibarengi dengan polish untuk menyempurnakan bodi mobil yang tergores.

"Kalau kompon saja itu salah, karena pori-pori komponen tidak tertutup, bagusnya itu setelah dikompon diberi polish lalu di-wax," ujarnya.

Jika tidak dibarengi, bisa membuat cat mobil cepat pudar. "Akhirnya catnya butek, karena pori-pori terbuka," tuturnya.

source : viva.co.id